BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Obat yang ada saat ini masih
jauh dari ideal. Tidak ada obat yang memenuhi semua kriteria obat ideal, tidak
ada obat yang aman, semua obat menimbulkan efek samping, respon terhadap obat
sulit diprediksi dan mungkin berubah sesuai dengan hasil interaksi obat, dan
banyak obat yang mahal, tidak stabil, dan sulit diberikan. Karena banyak obat
tidak ideal, semua anggota tim kesehatan harus berlatih “care” untuk
meningkatkan efek terapeutik dan meminimalkan kemungkinan bahaya yang
ditimbulkan obat.
Sebagai salah satu dari tim
medis perawat seyogyanya telah paham betul akan pemanfaatan obat yang bertujuan
memberikan manfaat maksimal dengan tujuan minimal. Dan berikut ini adalah peran
perawat dalam pengobatan :
Mengkaji kondisi pasien
Sebagai pemberi layanan askep,
dalam pemberian obat.
Mengobservasi kerja obat dan
efek samping obat.
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang indikasi obat dan cara penggunaannya.
Sebagai advokat atau melindungi
klien dari pengobatan yang tidak tepat.
1.2 TUJUAN
PENULISAN
Makalah ini disusun dengan
tujuan :
1.Untuk
Memenuhi tugas SP Mata Kuliyah Farmakologi
2.Untuk
Mengetahui Hubungan Farmakologi dengan Keperawatan
3.Untuk
Menambah Ilmu Pengetahuan Farmakologi
BAB
II
ISI
2.1 Obat Analgesik – Antipiretik
Obat
saraf dan otot golongan analgesik atau obat yang dapat menghilangkan rasa
sakit/ obat nyeri sedangkan obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan
suhu tubuh. Analgesik sendiri dibagi dua yaitu :
1. Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki
sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan
untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid
menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik
yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama
kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.
Ada 3 golongan
obat ini yaitu :
1. Obat yang berasal dari opium-morfin,
2. Senyawa semisintetik morfin, dan
3. Senyawa sintetik yang berefek seperti
morfin.
2. Analgesik lainnya, Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para
amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam
mefenamat, naproksen/naproxen dan banyak lagi.
Berikut contoh
obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia :
Merupakan derivat para amino fenol. Di
Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah
menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya
tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika
dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong.
Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan
efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
Indikasi:
Nyeri ringan sampai sedang termasuk dysmenorrhea, sakit
kepala; pereda nyeri pada osteoarthritis dan lesi jaringan lunak; demam
termasuk demam setelah imunisasi; serangan migren akut, tension headache
Kontraindikasi : Gangguan
fungsi hati berat, hipersensitif terhadap paracetamol
Perhatian : Gangguan
hati; gangguan ginjal; ketergantungan alkohol
2. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat
yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya
antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen
tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
Indikasi:
analgesic dan anti inflamasai rheumatoid
Kontra
indikasi : asma, tukak lambung, wanita hamil trimester 1, hiersensivitas.
Efek
: mual, muntah, diare, kostipasi, nyeri dan rasa panas di epigastrum
Dosis :
Oral: Dewasa : 1200 – 1800 mg/ hr Dibagi 3 – 4 (maks 2.400 mg/hr)
Anak > 30 Kg BB : 20 mg/ kg BB/ hr
Anak < 30 kg BB : maks 500 mg/ hr
PO : Berikan segera sesudah makan
Oral: Dewasa : 1200 – 1800 mg/ hr Dibagi 3 – 4 (maks 2.400 mg/hr)
Anak > 30 Kg BB : 20 mg/ kg BB/ hr
Anak < 30 kg BB : maks 500 mg/ hr
PO : Berikan segera sesudah makan
Asam mefenamat digunakan sebagai
analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga
interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap
saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap
mukosa lambung.
Indikasi :
Sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot tulang , nyeri karena
luka, nyeri setelah operasi, nyeri setelah melahirkan, dismenore, nyeri
reumatik, nyeri tulang belakang, demam.
kontra indikasi :
kontra indikasi :
Ulserasi sampai inflamasi saluran cerna, peny. ginjal atau
hati, hipersensitif, tukak lambung.
Efek samping :
Efek samping :
Mual, muntah, diare, iritasi lambung, pusing-using dan
gangguan penglihatan.
4. Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang
berefek seperti morfin. Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga
parah. Sediaan tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri
menengah hingga parah yang memerlukan waktu yang lama. Minumlah tramadol sesuai
dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih besar atau lebih lama
dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.
Indikasi : Pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat,
nyeri pasca op. Ketergantungan obat dan opium, sensitif terhadap tramadol atau
opiat, mendapat terapi MAOI, intoksikasi akut dengan alkohol, hipnotik,
analgesik, atau obat yang mempengaruhi system syaraf pusat dan yang lainya.
Kontra indikasi : tidak dianjurkan pada wanita hami dan
menyusui.
Efek samping : pusing, sedasi, lelah, sakit kepala
pruritus, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dyspepsia,
obstipasi
Dosis :
Dewasa & anak > 16 thn 50 mg dosis tunggal, dapat
ditingkatkan 50 mg ssdh selang waktu 4-6 jam. Maks : 400 mg /hr. Pasien gangguan
hati dan ginjal (bersihan kreatin <30 mL/mnt) 50-100 mg tiap 12 jam , maksimal
: 200 mg/hr. Sirosis hati 50 mg/12 jam
PO : Diberikan bersama atau tanpa makanan
5. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari
parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan sebagai obat antiinflamasi
dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik
dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena
obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak
yang mengidap Sindrom Reye.
6.
Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik
narkotika. Analgesik narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk
sediaan injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit
yang disebabkan kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan
menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa
sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang
siap menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf
pusat untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh
aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat
menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai
dengan aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika
pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping
tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode
tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
7.
Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan
antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan
pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.
8.
Obat lainnya
Metamizol, Asirin (asetosal / asam asetil
salisilat), Dyprone / Methamipron, Floctafenine, Novaminsulfonicum dan
Sufentanil.
Aspirin
Indikasi : untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit keala
dan pusing, sakit gigi dan nyeri otot serta menurunkan demam
Kontra
indikasi :
Penderita tukak
lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat, penderita asma, dan alergi.
Penderita yang pernahatau sering mengalami pendarahan bawah kulit, penderita yang
sedang terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan trombositopenia
Deskripsi:
Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam (prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
Deskripsi:
Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam (prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.
Neuralgin
Indikasi:
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala,
sakit kepala pada migrain, nyeri otot, sakit gigi dan nyeri haid.
2.2 Obat kardiovaskuler dan diuretik
Obat
kardiovaskuler, 9 sub kelas :
1.Obat inotropik positif
2.Obat anti-aritmia
3.Obat antihipertensi
4.Obat anti-angina
5.Diuretik
6.Obat sistem koagulasi darah
7.Obat hipolipidemik
8.Obat untuk syok dan hipotensi
9.Obat untuk gangguan sirkulasi darah.
1.
Obat inotropik positif (anti
gagal jantung )
·
Obat inotropik
positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi otot
jantung(miokardium).
·
Indikasi : gagal
jantung, keadaan jantung gagal untuk memompa darah dalam volume yang dibutuhkan
tubuh. Keadaan tersebut terjadi karena jantung bekerja terlalu berat (kebocoran
katup jantung, kekakuan katub, atau kelainan sejak lahir di mana sekat jantung
tidak terbentuk dengan sempurna ) atau karena suatu hal otot jantung menjadi
lemah.
Ada 2 jenis obat inotropik positif, yaitu :
·
Glikosida jantung adalah
alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis purpureayang kemudian
diketahui berisi digoksin dan digitoksin.
·
Penghambat
fosfodiesterase merupakan penghambat enzim fosfodiesterase
yang selektif bekerja pada jantung. Hambatan enzim ini menyebabkan
peningkatan kadar siklik AMP (cAMP) dalam sel miokard yang akan
meningkatkan kadar kalsium intrasel.
·
Contoh : Milrinon
, Aminiron
2.
Obat-obat antiaritmia
Obat-obat antiaritmia dapat dibagi berdasar penggunaan
kliniknya untuk :
·
aritmia
supraventrikel misal : adenosin, verapamil, digoxin
·
aritmia
supraventrikel dan aritmia ventrikel misal : disopiramid, beta bloker
·
aritmia
ventrikel misal : lidokain, meksiletin
3.
Obat antihipertensi
·
Sering digunakan obat
yang melebarkan pembuluh darah (vasodilator), yang bisa melebarkan arteri, vena
atau keduanya.
·
Pelebar arteri akan
melebarkan arteri dan menurunkan tekanan darahsehingga mengurangi beban
kerja jantung.
·
Pelebar vena akan
melebarkan vena dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang telah
terkumpul dan tidak mampu memasuki bagian kanan jantung sehingga mengurangi
penyumbatan dan mengurangi beban jantung
Contoh vasodilator :
Paling
banyak digunakan adalah ACE-inhibitor (Angiotensin Converting Enzyme
inhibitor). Efek pada pembuluh darah :
·
ACE-inhibitor : melebarkan
arteri & vena
·
Nitroglycerin : hanya
melebarkan vena
·
Hydralazine :
hanya melebarkan arteri
4. Obat-obat
antiangina
·
Sebagian besar pasien
angina pektoris ( nyeri dada ) diobati dengan beta-bloker atau
antagonis kalsium.
·
Meskipun demikian,
senyawa nitrat kerja singkat, masih berperan penting untuk tindakan profilaksis
sebelum kerja fisik dan untuk nyeri dada yang terjadi sewaktu istirahat.
a.
Golongan nitrat
·
merelaksasi otot
polos pembuluh vena, menyebabkan alir balik vena berkurang sehingga mengurangi
beban hulu jantung.
·
merupakan vasodilator
koroner yang poten
·
contoh : ISDN (
Isosorbid dinitrat )
b.
Golongan antagonis
kalsium
·
Antagonis kalsium
bekerja dengan cara menghambat influks ion kalsium transmembran, yaitu
mengurangi masuknya ion kalsium melalui kanal kalsium lambat ke dalam sel otot
polos, otot jantung dan saraf.
·
Berkurangnya kadar
kalsium bebas di dalam sel-sel tersebut menyebabkan berkurangnya kontraksi otot
polos pembuluh darah (vasodilatasi), kontraksi otot jantung (inotropik
negatif), serta pembentukan dan konduksi impuls dalam jantung (kronotropik dan
dromotropik negatif).
·
Contoh
: Diltiazem , Nifedipin
c.
Golongan beta-bloker
·
Menghambat
adrenoseptor beta (beta-bloker) di jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas
& hati.
·
Beta-bloker dapat
mencetuskan asma dan efek ini berbahaya. Karena itu, harus dihindarkan pada
pasien dengan riwayat asma atau Penyakit Paru Obstruktif Kronis.
·
Contoh : Propranolol
5.
Diuretik
·
Sering sebagai
kombinasi obat jantung
·
Fungsi : mengurangi
penimbunan cairan, menambah pembentukan air kemih, membuang natrium dan air
dari tubuh melalui ginjal.
Contoh : Hidroclortiazide (HCT) & Furosemide
·
Mengurangi cairan
akan menurunkan jumlah darah yang masuk ke jantung
sehingga mengurangi beban kerja jantung.
·
Pemberian diuretik
sering disertai dengan pemberian tambahan Kalium, karena diuretik tertentu
menyebabkan hilangnya Kalium
6. Obat
yang mempengaruhi sistem koagulasi darah
Pembentukan trombus berlangsung
melalui 3 tahap, yaitu :
1.
pemaparan darah pada
suatu permukaan trombogenik vaskuler yang rusak.
2.
suatu rangkaian
peristiwa terkait dengan trombosit.
3.
pengaktifan mekanisme
pembekuan melalui peran penting trombin dalam pembentukan fibrin. Trombin
sendiri merupakan suatu perangsang agregasi dan adhesi platelet yang sangat
kuat.
Macam obat sistem koagulasi darah
a.
Antikoagulan,
dibagi menjadi 2 yaitu : antikoagulan parenteral, contoh :
Heparin dan antikoagulan oral, contoh : Warfarin
·
Antikoagulan oral
mengantagonisasi efek vitamin K
·
Efek samping utama
semua antikoagulan oral adalah pendarahan
b.Antiplatelet (antitrombosit)
bekerja dengan cara mengurangi agregasi (perlekatan )
platelet, sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri,
di mana trombi terbentuk melalui agregasi platelet dan antikoagulan menunjukkan
efek yang kecil.
Contoh : Asetosal, Dipiridamol
c.
Fibrinolitik
bekerja sebagai trombolitik dengan cara mengaktifkan
plasminogen untuk membentuk plasmin, yang lebih lanjut mendegradasi fibrin dan
dengan demikian memecah trombus.
Contoh : streptokinase, urokinase, alteplase. Anti agregasi
platelet
d.
Hemostatik dan
antifibrinolitik
·
Defisiensi faktor
pembekuan darah dapat menyebabkan pendarahan.
·
Pendarahan spontan
timbul apabila aktivitas faktor pembekuan kurang dari 5%
normal. Contoh obat : Asam traneksamat
2.3 Obat
anastesi lokal dan umum
Anestetik lokal adalah obat yang
menghambat hantaran saraf, bila obat tersebut diberikan pada jaringan saraf
dengan kadar yang cukup.
1.
kokain
Indikasi : menghambat hantaran saraf bila digunakan secara
lokal. Efek sistemik
yang
paling menonjol terhadap SSP.
Efek :
·
Memblokade konduksi
saraf, shg dulu sering digunakan pada ophtalmologi, namun diketahui menyebabkan
terkelupasnya epitel kornea.
·
Memiliki efek adiksi
(ketagihan) sehingga penggunaanya sekarang dibatasi secara topikal, khususnya
untuk anestesi saluran nafas atas
2.
Lidokain
·
Dapat diberikan
dengan atau tanpa epinefrin (kekuatan 0,5 – 5%)
·
Tanpa epinefrin,
kecepatan absorpsi dan toksisitas bertambah, serta durasi lebih pendek.
·
Digunakan untuk
anestesi lokal di permukaan tubuh atau gigi, atau untuk aritmia jantung.
Efek samping :
·
Berkaitan dengan efek
terhadap SSP: mengantuk, pusing, gangguan mental, koma, seizures.
·
Dalam dosis
berlebihan dapat menyebabkan kematian akibat vibrilasi ventrikel atau henti
jantung.
Anastesi
umum
1. Dinitrogen Monoksida (N2O, gas gelak/gas tertawa)
Indikasi : Anestesi inhalasi
Kontra indikasi : -
Efek samping : -
Sediaan : -
2. Enfluran
Indikasi : Anestesi inhalasi (untuk pasien yang tak
tahan eter)
Kontra indikasi : -
Efek samping : Menekan pernafasan, gelisah dan mual
Sediaan
: -
3. Halotan
Indikasi :
Anestesi inhalasi
Kontra indikasi : -
Efek samping : Menekan pernafasan, aritmia dan
hipotensi
Sediaan :
-
4.
Dropridol
Indikasi : Anestesi inhalasi
Kontra indikasi : -
Efek samping :
-
Sediaan : -
5. Eter
Indikasi : Anestesi inhalasi
Kontra indikasi : -
Efek samping :
Merangsang mukosa saluran pernafasan
Sediaan : -
6. Ketamin Hidrolorida
Indikasi : Anestesi inhalasi
Kontra indikasi : -
Efek
samping : Menekan pernafasan (dosis
tinggi), halusinasi dan tekanan darah naik
Sediaan : -
7.
Tiopental
Indikasi : Anestesi injeksi pada
pembedahan kecil seperti di mulut
Kontra indikasi :
Insufisiensi sirkulasi jantung dan hipertensi
Efek samping :
Menekan pernafasan
Sediaan : -
2.4 Obat Opioid
1.
Morfin
Indikasi
Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :
Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai :
a.
Infark miokard
b.
Neoplasma
c.
Kolik renal atau
kolik empedu
d.
Oklusi akut pembuluh
darah perifer, pulmonal atau coroner
e.
Perikarditis akut,
pleuritis dan pneumotorak spontan ; (6) Nyeri akibat trauma misalnya luka
bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
2.
kodein
Kodein merupakan analgesik agonis
opioid. Efek kodein terjadi apabila kodein berikatan secara agonis dengan
reseptor opioid di berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesik
kodein tergantung afinitas kodein terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein
dapat meningkatkan ambang rasa nyeri dan mengubah reaksi yang timbul di korteks
serebri pada waktu persepsi nyeri diterima dari thalamus.Kodein juga merupakan
antitusif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan menekan pusat batuk.
Indikasi : Antitusif, Analgesik
Kontraindikasi :Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan
intrakranial
yang meninggi, alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.
3.
Dexthromethorphan
(DMP)
Indikasi: Meringankan batuk tidak
berdahak / batuk kering atau yang menimbulkan rasa sakit
Kontraindikasi: Penderita yang
hipersensitif (terhadap dextromethorphan), wanita hamil
4.
Metadon
adalah opiat sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau
morfin, yang bekerja long acting.
Efek
samping :
Serigkali
terjadi berkeringat dan sulit BAB , gangguan fungsi seksual , berkurangnya
cairan saliva, gangguan pola tidur.
Kontra
indikasi :
Semua
golongan opioid kontra indikasi untuk : Akut abdomen, trauma kepala, kerusakan
paru-paru berat -> tunda inisiasi metadon Gangguan hati yang berat
(jaundice, ascites), hepato encephalopathi à
turunkan dosis bila memulai terapi metadon Akut asma, akut alkoholisme
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, Bermacam-macam
penyakit memerlukan obat yang berbeda-beda, begitu pila dengan obatnya selain
mempunyai fungsi masing-masing obat juga mempunyai efek sampingnya
masing-masing, dan sebagai perawat kita semua harus bisa memahami tentang obat
3.2 .Kritik
dan Saran
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari
banyaknya kekurangan-kekurangan pembahasannya dikarenakan oleh berbagai macam
faktor keterbatasan waktu waktu, pemikiran dan pengetahuan kami yang terbatas,
oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini kami sangat membutuhkan
saran-saran dan masukan yang bersifat
membangun kepada semua pembaca.
Sebaiknya gunakanlah obat sesuai anjuran dokter, dan
pergunakan lah obat tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita , jangan
menggunakan obat kurang atau melebihi batasnya
DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat,
Jakarta, EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar