Selasa, 09 April 2013

askep hernia


                                             BAB 1
LANDASAN TEORI
HERNIA

1.1  Definisi
-       Adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui lubang kongenital atau didapat.
-       Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area dinding abdomen .
-       Is the abnormal protrusion of an organ, tissue, of part of an organ through the structure that normally cotains it .
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital ataupun didapat.

1.2  Etiologi

Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi .

1.3  Klasifikasi
1.      Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2.       Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3.       Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4.       Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5.       Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata,                   hernia strangulata
6.       Nama penemunya :
a.       H. Petit (di daerah lumbosakral)
b.       H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c.       H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.       Beberapa hernia lainnya :
a.       H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b.       H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
c.       H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

1.4  Tanda dan Gejala

Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.







1.5  Pathway


Proses vaginalis peritonei


Gagal abliterasi
Terbuka terus
Sebagian terbuka


H. inguinalis
(terjadi jepitan oleh anulus inguinalis)
Hidrokel



Muntah hijau
Gangguan aliran darah
Gangguan pasase segmen usus yang terjepit
Abdomen lambung
Nyeri










BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT HERNIA
2.1     Pengkajian
    Pengkajian pada klien dengan hernia menurut Doengoes (1999) diperoleh data sebagai berikut:
Data umum
1.   Aktifitas/istirahat
Gejala: riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, duduk mengemudi dalam waktu lama, penurunan rentan gerak, tidak bisa beraktivitas seperti biasanya atrofi otot, dan gangguan berjalan..
2.   Eliminasi
Gejala: konstipasi adanya kesulitan dalam defekasi, adanya retensi urine.
3.   Nyeri/kenyamanan.
            Gejala:  adanya nyeri seperti di tusuk pisau dan bertambah hebat saat sedang batuk kronis, mengejan saat konstipasi dan saat beraktifitas mengangkat beban berat.
4.   Neurosensori
                 Gejala: kesemutan, kekakuan pada ekstermitas atas ataupun bawah.
5.   Integritas Ego
Gejala: ketakutan ansietas masalah pekerjaan dan financial keluarga.

Pemeriksaan fisik
1.      Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
2.      Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
3.      Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
4.      Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen.

Pemeriksaan Penunjang
1.   Laparoskopi
Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
2.   Pemeriksan darah lengkap DL lebih spesifik leukosit 10000-18000/ul
3.   EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
4.   USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
5.   Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks

2.2     Diagnosa Keperawatan
       Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan hernia menurut Doengoes (1999) adalah sebagai berikut:
1.   Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik:kompresi saraf, spasme otot.
2.   Ansietas berhubungan dengan ketidakadekuatan metode koping.
3.   Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
4.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
5.   Kurang pengetahuan tantang kondisi,prognosis,pengobatan,tindakan berhubungan dengan kurangnya informasi.
2.3     Perencanaan
       Menurut Mylin.E.Doengoes setelah diagnosa keperawatan ditemukan, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan untuk masing-masing diagnosa yang terlebih dulu menentukan prioritas diagnosa keperawatan,penetapan tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut:
1.      Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik: kompresi saraf,spasme otot
Tujuan                      :   Nyeri  hilang dengan spasme terkontrol.
Kriteria hasil             :  - Melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol
-  Mengungkapkan metode yang dapat menghilangkan nyeri.
-  Mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi.
-  Ekspresi rileks dan tenang

Rencana Tindakan :
1.Kaji tingkat rasa nyeri meliputi ( catat lokasi, lama, dan faktor penyebab)
2.Minta pasien untuk menentukan skala 0-10
3.Pertahankan tirah baring
4.Berikan posisi senyaman mungkin (semi fowler, fowler atau terlentang)
5.Batasi aktivitas selama nyeri datang
6.Ajarkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
7.Berikan kesempatan untuk mengungkapkan masalahnya
8.Kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai kebutuhan
2.      Ansietas berhubungan dengan ketidakadekuatan metode koping
Tujuan                      : Cemas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil             : - Cemas berkurang
-    Ekspresi wajah tenang dan rileks
-    Mengidentifikasi ketidakefektifan koping
-    Mendemonstrasikan keterampilan dalam pemecahan masalah




Rencana Tindakan:
1.      Kaji tingkat kecemasan pasien
2.      Tentukan pemecahan masalah yang dilakukan pasien
3.      Berikan informasi yang benar dan jawab dengan jujur pertanyaan pasien
4.      Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalahnya
5.      Catat perilaku orang terdekat yang bisa meningkatkan peran sakit
6.      Kolaborasi untuk konsultasi ke pelayanan sosial konselor

3.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
Tujuan          : Motorik atau sensasi dapat berfungsi dalam batas normal.
Kriteria hasil:
-          Mengungkapkan pemahaman tentang situasi dan pengobatan
-          Mendemonstrasikan teknik perilaku
-          Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan tubuh
Rencana Tindakan:
1.   Berikan tindakan pengamanan sesusai indikasi dengan situasi yang spesifik
2.   Anjurkan untuk melatih ekstermitas bagian bawah (kaki)
3.   Demonstrasikan penggunaan alat bantu seperti tongkat dll
4.   Berikan obat untuk menghilangkan rasa nyeri analgetik sesuai kebutuhan
4.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi
Tujuan          : Kebutuhan tidur kembali normal
Kriteria hasil:           
-       Meningkatnya kemampuan untuk tidur
-       Kualitas dan kuantitas tidur normal
Rencana Tindakan: 
1.      Berikan kesempatan untuk beristirahat atau tidur
2.      Anjurkan latihan tidur pada siang hari
3.      Evaluasi tingkat stress, orientasi sesuai perkembangan hari
4.      Berikan lingkungan yang tenang
5.      Batasi pengunjng beri waktu istirahat
5.      Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis,pengobatan dan tindakan berhubungan dengan kurangnya informasi
Tujuan          : pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan bertambah
Kriteria hasil:       
-          Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya  
-          Melakukan kembali gaya hidup
-          berpartisipasi dalam pengobatan dan perawatan
Rencana Tindakan:
1.      Jelaskan kembali proses penyakit, prognosis, serta pembatasan kegiatan
2.      Berikan informasi tentang berbagai hal tentang penyakitnya
3.      Intruksikan untuk melakukan mekanika perubahan tubuh
4.      Diskusikan mengenai pengobatan dan jelaskan efek sampingnya
5.      Diskusikan tentang kebutuhan diet
6.      Minta pasien untuk mengulang kembali penjelasan tentang penyakit, pengobatan dan perawatan nya.
2.4     Pelaksanaan
      Pelaksanaan menurut Potter (2005), merupakan tindakan mandiri berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan pada klien dapat berupa tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan, semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

2.5     Evaluasi
      Evaluasi menurut Hidayat (2007), merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada dua arah yaitu evaluasi proses (evaluasi formatif) dan evaluasi hasil (evaluasi sumatif). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir keperawatan.
Tujuan pada akhir asuhan keperawatan ada 3 macam yaitu:
1. Tujuan tercapai itu berarti bila pasien menunjukan perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan sesuai dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian itu berarti klien menunjukan perubahan dan perkembangan kesehatan hanya sebagian tercapai dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai itu berarti bila klien menunjukantidak adanya perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah baru













DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. E. Marilyn (2000), rencana asuhan keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC.

Price. A. Silvia (2002), Pathophysiolg : Clinical Concepts of Disease Processes, (dr. Brahm U. Pendit. dkk: penerjemah) volume 2, edisi 6, Jakarta: EGC.

 Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmann’s.
 Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.