BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk
mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai
usia lanjut, maka salah satu upaya utama adalah mempertahankan atau membawa
status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum agar kualitas hidupan yang
bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Perubahan ini akan makin nyata pada kurun
usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara lain meliputi perubahan kondisi
sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi sosial
berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang
berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi
penyakit degenerasi maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam
asupan makanan, perubahan dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat
jaringan, dan beberapa kasusu dapat disebabkan oleh obat-obat tertentu yang
harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang sedang dideritanya.
Bagi lansia
pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya
selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat
memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya
kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan
untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya untuk jantung,
usus, pernafasan dan ginjal.
1.2 TUJUAN
PENULISAN
Makalah ini disusun dengan
tujuan :
1.Untuk
Memenuhi tugas SP Mata Kuliyah Ilmu Gizi
2.Untuk Mengetahui
Hubungan Ilmu Gizi dengan Keperawatan
3.Untuk
Menambah Ilmu Pengetahuan Ilmu Gizi
BAB
II
ISI
2.1 Perubahan Yang Dapat Terjadi Pada Lansia
Gangguan gizi yang
dapat muncul pada usia lanjut dapat berbentuk gizi kurang maupun gizi lebih. Gangguan
ini dapat menyebabkan munculnya penyakit atau terjadi sebagi akibat adanya
penyakit tertentu. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menetukan terlebih dahulu ada tidaknya gangguan gizi, mengevaluasi
faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan gizi serta merencakan bagaimana
gangguan gizi tersebut dapat diperbaiki
a.
Perubahan anatomi dan
fisiologi
Menua (aging)
meruakan proses normal yang dimulai sejak konsepsi dan berakhir saat kematian.
Selam periode pertumbuhan, proses anabolisma melampaui proses katabolisma. Pada
saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan katabolisma
atau proses degenerasi lebih besr daripada kecepatan proses regenerasi sel
(anabolisma). Akibat yang timbul adalah hilangnya sel-sel yang berdampak dalam
bentuk penurunan efisiensi dan gangguan fungsi organ(Whitney, Catalgo, Rolfes,
1987; Prodrabky, 1992). Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara
progresif lean body mass (jaringan aktif tubuh) dan perubahan-perubahan di semua
system di dalam tubuh manusia. Berikut ini adalah perubahan fisiologik yang
berhubungan dan mempengaruhi status gizi lansia.
b.
Alat indera
Indera pengecap,
pencium dan penglihatan menurun yang akan secara langsung dan tak langsung
mempengaruhi nafsu makan dan asuapan makanan. Papila pengecap mulai mengalami
atrofi pada usia 50 tahun, dari jumlah 245 pada anak menjadi hanya 88 pada usia
74-85 tahun. Terjadi penurunan sensitifitas terhadap rasa manis dan asin.
Selain itu muncul glossodyna atau nyeri pada lidah.
c.
Saluran
cerna/digestif
Terjadi
perubahan-perubahan pada kemampuan disgesti dan absorbsi yang terjadi sebagai
akibat hilangnya opioid endogen dan efek berlebihan dari kolesistokin. Akibat
yang muncul adalah anoreksia. Penyakit periodonsia dan gigi palsu yang tidak tepat akan
makin memberikan rasa sakit dan tak nyaman saat mengunyah. Selain itu sekresi
ludah juga menurun hingga terjadi gangguan pengunyahan dan penelanan. Hipoklorhidria yang terjadi oleh karena berkurangnya sel-sel parietal
mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-hem-iron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability
B12, malabsorbsi lemak, fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu
terjadi penurunan motilitas usus, hiungga terjadi konstipasi.
d.
Metabolisma
Pada lansia dapat
terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan glukosa di
dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin
karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin
yng menurun. Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90
tahun. Hal
ini terjadi karena berkurangnya lean body mass pada lansia.
e.
Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon
asam basa terhadap perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia
metabolisma protein dan elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan
beban tersendiri.
f.
Fungsi jaringan
Pada usia sekitar 75
tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82 % untuk
cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 %
berat otak.
2.2 Keadaan Gizi Lansia
a. definisi lansia
·
Manusia lanjut usia à mereka yang telah berumur 65 tahun ke atas. Durmin (1992)
membagi lansia menjadi young elderly
(65 – 74 tahun) dan older elderly (75 tahun)
·
Munro dkk.,(1987)
mengelompokkan older elderly ke dalam 2 bagian, yaitu usia 75 – 84 tahun
dan 85 tahun
·
Di Indonesia, M. Alwi
Dahlan menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60
tahun
b. kekurangan dan kelebihan gizi pada lansia
Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena
sebab-sebab yang bersifat primer maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi
ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang diri, baru kehilangan pasangan
hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental, kemiskinan dan
iatrogenik. Sebab-sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera, gangguan
mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta
alkoholisme. Ketidaktahuan dapat dibawa sejak kecil atau disebabkan olah
pendidikan yang sangat terbatas. Isolasi sosial terjadi pada lansia yang hidup
sendirian, yang kehilangan gairah hidup dan tidak ada keinginan untuk masak.
Gangguan fisik terjai pada lansia yang mengalami hemiparese/hemiplegia,
artritis dan ganggun mata. Gangguan mental terjadi pada lansia yang dement dan
mengalami depresi. Kondisi iatrogenik dapat terjadi pada lansia yang mendapat
diet lambung untuk jangka waktu lama, hingga terjadi kekurangan vitamin C.
selanjutnya gangguan selera, megunyah dan malabsorbsi terjadi sebagi akibat
penurunan fungsi alat pencernaan dan pancaindera, sebagai akibat penyakit berat
tertentu, pasca operasi, ikemik dinding perut dan sensitifitas yang meningkat
terhadap bahan makanan tertentu seperti lombok, santan, lemak dan tepung ber
’gluten’(misalnya ketan). Kebutuhan yang meningkat terjadi pada lansia yang
mengalami keseimbangan nitrogen negatif dan katabolisme protien yang terjadi
pada mereka yang harus berbaring di tempat tidur untuk jangka waktu lma dan
yang mengalami panas yang tinggi.
Kondisi kekurangan gizi pada lansia dapat
terbentuk KKP(kurang kalori protein) kronik, baik ringan sedang maupun berat.
Keadaan ini dapat dilihat dengan mudah melalui penampilanumum, yakni adanya
kekurusan dan rendahnya BB seorang lansia dibanding dengan baku yang ada.
Kekurangan zat gizi laing yang banyak muncul adalah defisiensi besi dalam bentuk
anemia gizi, defisiensi B1 dan B12.
Kelebihan gizi pada lansia biasanya
berhubungan dengan afluency denga ngaya hidup pada usia sekitar 50 tahun.
Dengan kondisi ekonomi yang membaik dan tersedianya berbagai makanan siap sji yang enak dan kaya energi. Utamany
sumber lemak, terjadi asupan makan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh.
Keadaan kelbihan gizi yang dimulai pada awal usia 50 tahun-an ini akan membawa
lansia pada keadaan obesitas dan dapat pula disertai dengan munculnya berbagai
penyakit metabolisme seperti diabetes mellitus dan dislipidemia.
Penyakit-penyakit tersebut akan memerlukan pengelolaan dietetik khusus yang
mungkin harus dijalani sepanjang usia yang masih tersisa.
2.3 Pemantauan
Status Gizi Pada Lansia
Status gizi pada lansia dapat dinilai dengan cara – cara
yang baku bagi berbagai tahapan umur yakni penilaian secara langsung dan tak
langsung. Penilaian secara langsungdilakukan melaui pemeriksaan klinik,
antropometrik, biokimia dan biofisik.
Di dalam melakukan pemeriksaan klinik perlu dibedakan
tiga kelompok gejala yaitu:
1. tanda-tanda yang dianggap mempunyai
nilai dalam pemeriksaan gizi
2. gejala-gejala yang memerlukan
penyelidikan lebih lanjut
3. gejala-gejala yang tidak berhubungan
dengan gizi
Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori
dapat ditemukan di berbagai organ seperti rambut, lidah, konjungtiva, bibir,
kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan antropometrik adalah pengukuran
variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada berbagai
tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan meliputi berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua
hasil pengukuran tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam
melakukan interpretasi, digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional
maupun nasional seperti baku WHO, NCHC, Havard, dan sebagainya. Perlu
ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan
nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya osteoporosis
pada lansia yang akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebral.
Untuk itu para ahli sepakat bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai
panjang rentang tangan (armspan) dalam penentuan indeks massa tubuh (BMI)
(Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995). Ternyata korelasi koefisien
antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu 0,83 dan 0,81
untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.
Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai
jaringan tubuh, namun yang paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan
urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi statusnya melalui pemeriksaan
biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan sebagainya.
Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang
untuk menilai derajat osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan
smear terhadap mukosa organ tertentu.
Penimbangan Berat Badan
a.
Penimbangan BB
dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau
penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1
minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih
dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b.
Menghitung berat badan
ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x
(TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria
dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm –
100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB
kurang dari ideal artinya gizi kurang
2.4 Pedoman Umum Gizi Seimbang Untuk Lansia
Khusus untuk Indonesia, Departemen Kesehatan telah
menerbitkan Pedman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (DepKes, 1995) yang berisi 13
pesan dasar gizi seimbang bagi lansia dengan dasar PUGS dan dengan
memeprtimbangkan pengurangan berbagai resiko pentyakit degenerasi yang dihadapi
para lansia.
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah sumber karbohidrat kompleks
(serealia dan umbi)
3. Batasi minyak dan lemak secar
berlebihan
4. Makanlah sumber zat besi secara
bergantian antara sumber hewani dan nabati.
5. Minumlah air yang bersih, aman, dan
cukup jumlahnya dan telah didihkan.
6. Kurangi konsumsi makanan jajanan dan
minuman yang tinggi gula murni dan lemak.
7. Perbanyak frekuensi makanhewani laut
dalam menu harian.
8. Gunakanlah garam berodium, namaun
batasilah penggunaan garam secar berlebihan, kurangi konsumsi makanan dengan
pengawaet
2.5 Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1.
Kalori
Kebutuhan akan kalori menurun sejalan dengan pertambahan
usia, karena metabolisme seluruh sel dan kegiatan otot berkurang
2.
Protein
Gersovitz (1982)
menganjurkan asupan protein sebesar 1,0 g/kg berat badan/hari untuk
mempertahankan keseimbangan protein, Kebutuhan akan protein meningkat sebagai
tanggapan atas stress fisiologis seperti infeksi, luka baker, patah tulang dan
pembedahan
3.
Karbohidrat
Karbohidrat
yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah sekitar 55 – 60% dari kalori total
4.
Lemak
Asupan lemak
dibatasi, batas maksimal 20 – 25% dari energi total. Kelebihan dan kekurangan
lemak diwujudkan dalam bentuk kadar kolesterol darah
5.
Serat
Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia
adalah sembelit
Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus
berkurang, yang akhirnya memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi
karena kelemahan tonus otot dinding saluran cerna akibat penuaan (kegiatan
fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat
6.
Vitamin
Meskipun tampak
sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung pada lansia, dianjurkan
untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam folat
2.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Lansia
1.
Berkurangnya
kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2.
Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
3.
Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4.
Rasa lapar menurun,
asam lambung menurun.
5.
Gerakan usus atau
gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6.
Penyerapan makanan di
usus menurun.
2.7 Sajian Lengkap Gizi Bagi Lansia
Kecukupan makanan sehat sangat
penting bagi para usia lanjut. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya
sama dengan saat berumur 50-an. Sayangnya, nafsu makan mereka cenderung terus
menurun. Karena itu, harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi. Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun. Sebagai
kompensasi, banyak orang lanjut usia (lansia) memilih makanan yang rasanya
sangat manis atau asin. Padahal, penambahan gula hanya memberikan kalori kosong
(tidak ada nilai gizinya), sedangkan garam dapat meningkatkan tekanan darah.
Indra pencium dan penglihatan juga terganggu, sehingga
mengakibatkan pemilihan makanan yang berbau tajam atau minat terhadap makanan
menurun. Perubahan emosi karena depresi dan kesepian juga membuat nafsu makan
menurun. Masalah gigi sering dialami lansia, seperti gigi tanggal, gigi
berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko
menimbulkan kurang gizi.
Contoh
Menu Lansia Dalam 1 Hari
Waktu Makan
|
Pria (2200 kal)
|
Wanita (1850 kal)
|
Pagi
|
1 ½ gls nasi/
pengganti
1 butir telur (Telur Mata Sapi)
100 gr sayuran (Cah Kangkung)
1 gls susu skim
|
1 gls nasi/ pengganti
1 btr telur
100 gr sayuran
1 gls susu skim
|
Pukul 10.00
|
Snack/buah
(Nagasari)
|
Snack/buah
|
Siang
|
1 ½ gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Pepes Ikan)
25 gr tempe/kacang-kacangan (Tempe bb Tomat)
150 gr sayuran (Sayur Asem)
1 ptg buah (Semangka)
|
1 gls nasi
50 gr
daging/ikan/unggas
25 gr tempe/kacang-kacangan
150 gr sayuran
1 ptg buah
|
Pukul 17.00
|
Snack/ buah
(Bubur Kacang
Hijau)
|
Snack/ buah
|
Malam
|
1 ½ gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Basho Daging)
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah (Pisang)
|
1 gls nasi
50 gr
daging/ikan/unggas
50 gr tahu
150 gr sayuran
1 ptg buah
|
Nutrisi dan Mineral Yang Dapat Meningkatkan Sistem
Imun Orang Tua
Nutrisi dan mineral-mineral yang dapat meningkatkan sistem
imun orang tua antara lain (Dickinson A, 2002) :
1. Beta-glucan.
Adalah sejenis gula kompleks (polisakarida) yang diperoleh
dari dinding sel ragi roti, gandum, jamur (maitake). Hasil beberapa studi
menunjukkan bahwa beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan
neutrofil).
2.
Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan
aktivasi fungsi imun pada kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi
dan rendah. Juga wanita menopause mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu
3 minggu setelah diberikan DHEA.
3.
Protein: arginin dan
glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan
penurunan infeksi pasca-pembedahan. Arginin mempengaruhi fungsi sel T,
penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi hormon prolaktin, insulin, growth
hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi sebagai bahan bakar
dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan
neutrofil.
4.
Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan
respons antibodi, dan kelebihan intake asam linoleat menghilangkan fungsi sel
T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat menurunkan sel helper,
produksi cytokine.
5.
Yoghurt yang
mengandung Lactobacillus acidophilus dan probiotik lain.
Meningkatkan aktivitas sel darah putih sehingga menurunkan
penyakit kanker, infeksi usus dan lambung, dan beberapa reaksi alergi.
6.
Mikronutrien (vitamin
dan mineral).
Vitamin yang berperan penting dalam memelihara system imun
tubuh orang tua adalah vitamin A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang
mempengaruhi kekebalan tubuh adalah Zn, Fe, Cu, asam folat, dan Se.
7.
Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak
langsung mempengaruhi fungsi imun melalui peran sebagai faktor dalam
pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga meningkatkan pembelahan sellular.
Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit T, respons limfosit
T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.
8.
Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
9.
Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di
Canada pada sekelompok hewan tikus melalui pemberian asam folate dapat
meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen (pembelahan sel untuk
meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam folat yang
tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
10.
Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses
penuaan. Studi yang dilakukan oleh Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan
bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan respons imun pada penduduk lanjut
usia. Vitamin E adalah antioksidan yang melindungi sel dan jaringan dari
kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada
respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh
vitamin E (Murray F, 1991).
11.
Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada
orang tua, meningkatkan aktivitas limfosit dan makrofag, serta memperbaiki
migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi virus, contohnya virus
influenzae.
12.
Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses
pematangan sel-sel T dan merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing,
menolong mukosa membran termasuk paruparu dari invasi mikroorganisme,
menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti: leukosit, air, epitel,
dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta karoten
(prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi
terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi
vitamin A, C, dan E secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun
pada orang tua. Hal itu didukung oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap
penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang diberikan suplementasi
multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital lebih
rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
13.
Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
14.
Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun.
Pada penderita anemia defisiensi vitamin B12 mengalami penurunan sel darah
putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah diberikan suplementasi vitamin B12,
terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi vitamin B12 pada orang
tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang penting bagi absorpsi
vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki
respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi
protein dan asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada
jaringan limfoid sehingga merusak fungsi limfoid dan merusak sintesis asam
nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan imunitas sellular.
KOMPOSISI
|
LAKI-LAKI
|
PEREMPUAN
|
Energi (kal)
|
1960
|
1700
|
Protein (gram)
|
50
|
44
|
Vitamin A (RE)
|
600
|
700
|
Thiamin (mg)
|
0,8
|
0,7
|
Riboflavin (mg)
|
1,0
|
0,9
|
Niasin (mg)
|
8,6
|
7,5
|
Vitamin B12 (mg)
|
1
|
1
|
Asam folat (mcg)
|
170
|
150
|
Vitamin C (mg)
|
40
|
30
|
500
|
500
|
|
Fosfor (mg)
|
500
|
450
|
Besi (mg)
|
13
|
16
|
15
|
15
|
|
Iodium (mcg)
|
150
|
150
|
Sumber
: Ahli Gizi Ejawantah’s
Blog
Menu
untuk Lansia dalam sehari :
WAKTU
|
MENU
|
PORSI
|
Pagi
|
Roti-telur-susu
|
1 tangkep 1 gelas
|
Selingan
|
Papais
|
2 bungkus
|
Siang
|
Nasi
|
1 piring
|
1 potong
|
||
Pepes tahu
|
1 bungkus
|
|
Sayur bayam
|
1 mangkok
|
|
Pisang
|
1 buah
|
|
Selingan
|
Kolak pisang
|
1 mangkok
|
Mie baso
|
1 mangkok
|
|
Pepaya
|
1 buah
|
2.8 Menu Sehat
Bagi Lansia
Perencanaan Makanan untuk Lansia
1.
Makanan harus
mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2.
Perlu diperhatikan
porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata
dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
Contoh
menu :
Pagi : Bubur
ayam
Jam 10.00 : Roti
Siang : Nasi,
pindang telur, sup, pepaya
Jam
16.00 : Nagasari
Malam : Nasi,
sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
1.
Banyak minum dan
kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan,
dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
2.
Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega
dll.
3.
Bagi pasien lansia
yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak
atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan
dalam porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan
sari buah sebaiknya diberikan.
4.
Batasi minum kopi
atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk
merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
5.
Makanan mengandung
zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam,
dan sayuran hijau.
6.
Lebih dianjurkan
untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi
makanan yang digoreng.
Berikut
ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
1.
Kebutuhan kalori usia
lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena tingkat
aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia
lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2.
Kurangi konsumsi
makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.
3.
Konsumsi karbohidrat
sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat adalah nasi,
roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.
4.
Batasi konsumsi
karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.
5.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi
sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur, ayam tanpa kulit, tempe,
dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari total kalori
atau sekitar 40-74 gram sehari.
6.
Kebutuhan lemak dalam
sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram sehari.
Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak,
kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan
mentega.
7.
Dianjurkan untuk
lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati atau lemak tidak
jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.
8.
Minum air putih
1500-2000 cc (6-8 gelas) sehari
9.
Kurangi konsumsi
garam, vetsin, dan makanan yang menggunakan pengawet
10.
Tingkatkan konsumsi
makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia lanjut adalah
25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta
biji-bijian seperti kacang.
11.
Konsumsi cukup
makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll. Kalsium penting
untuk kesehatan tulang.
12.
Usahakan waktu makan
teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil.
13.
Pilihlah makanan yang
mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang terlalu gurih dan
manis.
14.
Batasi minum kopi
atau the dan hindari rokok dan alkohol.
2.9 Langkah –langkah Hidup Sehat
Untuk Lansia
Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga
perlu beberapa kegiatan yang harus dilakukan seperti :
1. Olah raga yang
teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut tidak perlu
berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan atau sedang, waktu
relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau
bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah
jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya
golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah
raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
2. Istirahat, tidur
yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan
energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan tubuh, mempercepat proses
penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh
yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan merasa segar
setelah istirahat.
3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan
tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan juga pakaian dimana dia
tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari,
mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi
setelah selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga,
pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan
menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah,
jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu
dan kotoran setiap hari, tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei,
gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan
secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang
yang tinggal bersama Lansia.
4. Memeriksakan
kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan
konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan
kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan untuk
memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat
diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada
faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah.
5. Mental dan batin
tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada
Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih
tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang akan merusak
kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan
sebagainya. Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai
semua orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti
memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan
emosi yang tinggi dan untuk melemaskan otak dari kelelahan.
6. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan
kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di pantai, di taman, atau
bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lanjut
usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ).
Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal
sekitar enam kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua
disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif,
fase stabil dan fase regresif. Dalam fase regresif mekanisme lebih ke arah
kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil dari tubuh manusia.
Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan kemunduran
yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik
proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini
berlangsung secara alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang
selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh
dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan.
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua
( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun
psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun
psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.
3.2 .Kritik
dan Saran
Selesainya
makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan pembahasannya
dikarenakan oleh berbagai macam faktor keterbatasan waktu waktu, pemikiran dan
pengetahuan kami yang terbatas, oleh karena itu untuk kesempernuan makalah ini
kami sangat membutuhkan saran-saran dan masukan yang bersifat membangun kepada semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Gallo,
Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
http/www. Kebutuhan nutrisi pada lansia.com,, di
akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar